Reaksi Bangsa Indonesia Terhadap Portugis Dan VOC
a. Perlawanan Ternate Terhadap Portugis
Semua rakyat Ternate menerima dengan baik kedatangan Portugis karena mereka dianggap dapat memajukan hubungan perdagangan, bahkan bangsa Portugis diberikan kesempatan untuk membangun benteng yang ditujukan untuk melindungi dari persekutuan Tidore, Spanyol, namun pihak Portugis berniat lain, ia tidak hanya mendirikan benteng tetapi juga monopoli perdagangan repah-rempah, dimana rakyat Ternate harus menjual rempah-rempah dengan harga sangat rendah kepada Portugis. Akhirnya rakyat Ternate melakukan perlawanan selama hampir 7 tahun Portugis terkurung didalam benteng-bentengnya, dan akhirnya satu demi satu benteng-bentengitu dapat direbut Ternate dan tahun 1577 M, rakyat Ternate dapat mengusir Portugis dari wilayahnya.
b. Perlawanan Mataram Terhadap VOC
Sejak pemerintahan Senopati, mataram memiliki keinginan untuk mempersatukan daerah-daerah pulau Jawa, namun keinginan itu terganjal dengan kehadiran VOC, berbagai cara dilakukan untuk mengusir dan menghancurkan VOC, tetapi perjuangan pejuang mataram selalu mengalami kekalahan dan kegagalan.
c. Perlawanan Makassar Terhadap VOC
Yang terkenal dipimpin oleh sultan Hasanuddin (1654 M-1655 M). Faktor penyebabnya perlawanan karena VOC meminta makassar tidak lagi menjual beras kepada orang Portugis, mengajak makassar untuk menyerang Banda yang menjadi pusat perkumpulan rempah-rempah di Maluku dan menutup bandarnya bagi pulau-pulau asing dan memberi monopoli kepada VOC dan selalu member kesempatan kepada Inggris, Denmark, Portugis dan Gujarat berdagang dengan Makassar. Perlawanan melawan Makassar awalnya dimenangkan oleh Makassar, tapi VOC menempuh dengan cara lain yaitu politik devide et impera mengadu domba Arung Palaka dengan Hasanuddin, sehingga pasukan Hasanuddin sedikit demi sedikit terdesak sehingga terpaksa menerima tawaran untuk berdamai dengan mengajukan perjanjian Bungaya pada Makassar.
d. Perlawanan Banten Terhadap Makassar.
Yang dipimpin oleh Sultan Abdul Fatah (Sultan Ageng Tirtayasa (1651 M)) menjalankan politik pemerintahan anti VOC. Latar belakang perlawanan Banten terhadap VOC mencegah keluar masuknya angkatan laut VOC ke Batavia. Pada awalnya VOC semakin tidak mampu menyaingi kekuatan Banten, VOC mengembuskan angin perpecahan dikalangan istana Banten dengan merenggangkan hubungan Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya Pangeran Abdul Kahar (Sultan Haji) termakan isu bahwa Sultan Ageng Tirtayasa mau mengangkat adiknya Pangeran Purbaya menjadi Sultan Banten, sehingga Sultan Haji dendam dan memilih bergabung dengan Banten. Pada perlawanan ini Sultan Ageng tertipu siasat Sultan Haji dengan cara berunding, disaat dimeja perundingan Sultan ditangkap dan dipenjara di Batavia 1692 M akibat penghianatan Sultan Haji dan Banten dipimpin oleh Sultan Haji dengan dikendalikan VOC.